
Profil Penulis
ABU MA'MUR MF. Lahir di Tegal dan bermukim di Brebes. Puisi-puisi dan tulisannya yang lain tersebar di Majalah Sastra Horison, Suara Merdeka, Wawasan, Muslimah, Sabili, Perkawinan dan Keluarga, Tren, Kabar Pesisir, dsb. Prestasinya pernah meraih juara I Lomba Baca Puisi Bahasa Inggris dalam rangka Hari Jadi Kab. Tegal ke 404 (2005), juara I Lomba Menulis Surat Buat Bupati Tegal (2007), juara I Festival Baca Puisi Tingkat Jawa Tengah (2008), dan juara I Lomba Cipta Puisi Tema Pendidikan Tingkat Nasional (2016) Pernah akif di Teater Lare’s Dramatic, Komunitas Asah Manah, dan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kab. Tegal. Kini aktif di Dewan Kesenian Kabupaten Brebes. Alamat Penulis: Dukuhtengah RT 10/02 Ketanggungan, Brebes 52263 | HP: 085640123997 | Email: abumamur.mf@gmail.comDeskripsi
Buku berjudul Genealogi Hikayat Kopi merupakan buku kumpulan puisi pertama karya Abu Ma’mur MF. Karya-karya puisi penyair kelahiran Tegal, yang kini bermukim di Brebes-Jawa Tengah. Buku ini banyak mengangkat persoalan diseputar cinta sebagai realitas individual penyair. Tak kalah menarik, puisi-puisi Abu Ma’mur MF yang ternyata turut merespon beragam persoalan sosial dan budaya, baik yang berangkat dari realitas kulturalnya maupun yang berasal dari realitas yang lebih luas.Abu amat pintar dalam memilih kata dan menempatkannya menjadi puisi romantik, seperti dalam puisinya berjudul “Majas Asmarandana.” Romantisme puisi-puisi Abu Ma’mur Mf lainnya tak kalah menakjubkan dalam menuturkan realitas sosial yang ditemuinya dan dirasakannya. Diksi-diksi puisi yang digunakannya menunjukan bahwa dia dia seorang penyair yang telah menguasai kata-kata yang digunakannya. Dia tidak sekadar menggunakan kata sebagai tempelan dalam puisi-puisinya. Namun, kata telah menjadi pengucapan miliknya.
Maka dari itu puisi-puisinya menjadi khas miliknya. Hal seperti itu akan dirasakan pembaca dalam baris-baris yang berbunyi kutemukan peristiwa lampau, mitos, dan wedaran yang kau hidupkan kembali pada ragam batik: jlamprang, isen, liong, sawat, semen. sakral-profan berdampingan, makrokosmos-mikrokosmos berpadu, bergerak menuju sangkan paraning dumadi (puisi “Siluet Enigma”) ; bercinta bukan melulu menaklukkan lenguh demi lenguh bercinta tak sekadar petualangan menuntaskan debur bercinta tak pula hanya menyelesaikan lahar di atas kasur bercinta: gerak transendental selaraskan energi bumi-langit dualitas yin-yang bersenyawa. chi ching menyebar ke seluruh/atom-atom tubuh. hormon cinta berpendaran/memancarkan kesunyian yang mencerahkan (puisi “Seni Bercinta ala Tao”).
Tak pelak lagi, puisi-puisi karya Abu Ma’mur MF membuat kita turut berpikir, merenung, dan memahaminya dengan amat dalam. Puisi-puisi yang harus dinikmati dengan keseriusan dan kita arahkan oleh penyair untuk menemukan makna hidup yang paling hakiki.